Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia. Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan predikat itu bisa menjadi peluang besar mempromosikan batik ke pasar dunia.
"Ini menjadi peluang mempromosikan batik ke budaya dunia," kata Sultan dalam acara selebrasi perajaan Jogja Kota Batik Dunia di Bangsal Pagelaran Kraton Yogyakarta, seperti dikutip dari metrotvnews.
Sultan mengungkapkan gagasan budaya lokal yang dipilih UNESCO sebagai jalan untuk menjamin transmisi budaya. Dengan alasan itu, tanggung jawab berat kini berada di tangan pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan batik di Yogyakarta.
Untuk itu, Sultan menyarankan agar ada strategi khusus dalam pengembangan industri batik. Menurutnya, cara yang bisa digunakan yakni strategi fertilisasi.
Strategi fertilisasi yang dimaksud yakni mengembangkan unsur batik lokal secara global. Hal ini juga untuk menyesuaikan keinginan pasar. "Ini akan mampu memiliki keunggulan yang bagus agar mampu bersaing di dunia global," ucapnya.
Ketua Batik Sekar Jagad, Larasati Suliantoro Sulaiman, memiliki pandangan beda dengan Sultan. Larasati mengaku setuju dengan ide Sultan agar batik mengikuti perkembangan dan memenuhi selera pasar.
Namun, "boleh mengikuti perkembangan untuk memenuhi selera pasar, tapi Jogja harus tetap menjadi trend setter," imbuhnya.